Kurangi Konsumsi Beras, pemkab Bandung laksanakan Tiga inovasi
Kab.Bandung - Qjabar.com
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung, melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dispakan), memiliki beragam inovasi sebagai upaya mengajak masyarakat untuk mengurangi konsumsi beras dan terigu.
Tiga program inovasi itu, yaitu Sabilulungan Gerakan Generasi Muda Makan Buah dan Sayur Segar Lokal (Sanggembiraloka), Sabilulungan Gerakan Generasi Muda Makan Umbi-umbian dan Kacang-kacangan (Sanggemilang), dan Sabilulungan Gerakan Makan Nasi Satu Kali Sehari (Sangmatahari).
Hal itu disampaikan Kepala Dispakan Kabupaten Bandung, Ir. H. Dadang Hermawan. Menurutnya, program-program inovatif tersebut dapat berkontribusi langsung terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Bandung.
“Potensi pangan di Kabupaten Bandung sangat luar biasa. Dengan potensi tersebut, kami implementasikan melalui program-program inovatif, yang dapat berkontribusi langsung terhadap peningkatan IPM di Kabupaten Bandung,” ucap Kepala Dispakan di Soreang, dalam siaran pers Bagian Humas dan Protokol Setda Pemkab Bandung.
Dengan membina ratusan Kelompok Wanita Tani (KWT) yang tersebar di 31 kecamatan, 270 desa, dan 10 kelurahan, Dadang Hermawan berharap selain berkontribusi terhadap peningkatan IPM, dapat meningkatkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Kabupaten Bandung. Sampai tahun 2018, PPH Konsumsi Kabupaten Bandung baru mencapai 83,4%. Mudah-mudahan dengan inovasi program yang kami jalankan, akan bisa meningkatkan PPH sampai mencapai di atas 90%,” harap Dadang Hermawan.
Kontribusi terhadap IPM dan PPH Konsumsi itu, dilakukan pihaknya dengan mengajak KWT yang ada, untuk melakoni bisnis di bidang pangan. Untuk memancing gairah bisnis para KWT, Dispakan menyelenggarakan eventFestival Pangan Lokal/Lomba Cipta Menu (LCM) Lunchbox B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman).
LCM itu diikuti KWT dari 31 kecamatan di Kabupaten Bandung, dan telah menghasilkan tiga pemenang. KWT Banjaran meraih juara pertama, diikuti KWT Cangkuang, dan Bojongsoang.
"Juara 1 akan kami bawa ke LCM tingkat Provinsi Jawa Barat (Jabar) pada 13 Agustus nanti,” jelas Yeni.
Menurutnya, LCM hanyalah pemicu sebagai perwujudan dari visi pembangunan Kabupaten Bandung yang berdaya saing. Namun yang lebih penting adalah bagaimana pembinaan yang dilakukan, dapat mengubah mindset masyarakat. Dengan harapan, para KWT mampu menggali potensi pangan di desanya menjadi olahan pangan yang bernilai ekonomi, untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
Di tempat terpisah, Kepala Bidang Konsumsi dan Ketahanan Pangan (KKP), Ade Yeni Noberti, S.Sos., M.Si., menambahkan sejak akhir 2017 pihaknya secara terus-menerus mengampanyekan olahan pangan nonberas non terigu. Pendekatan gathering dan homestay, merupakan upaya yang dilakukan untuk bisa mengetahui kondisi, tantangan, dan permasalahan yang dihadapi KWT di wilayahnya masing-masing.
“Sebelum kita memberikan bantuan. Kita berikan dulu pemahaman. Kita bentuk Forum Group Discussion (FGD) KWT se-Kabupaten Bandung melalui ‘whatsapp group’. Jadi kita bisa berkomunikasi selama 24 jam sehari. Setelah FGD terbentuk, kita juga melakukan gatheringdan homestay. Berkumpul untuk sharing pengalaman dan permasalahan,” tambah Kepala Bidang KK.
Dengan kedekatan yang terjalin, program-program dari Dispakan lebih cepat masuk dan dipahami. Para KWT diedukasi salah satunya dengan memanfaatkan lahan pekarangan, yaitu melalui kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
“Dengan membatasi konsumsi beras dan terigu, otomatis komoditas seperti umbi-umbian, buah-buahan, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran akan naik. Makanan sehat seperti inilah yang sedang dicari kalangan menengah ke atas. Dengan mengoptimalkan potensi daerah yang kita miliki, akan ikut mendongkrak perekonomian masyarakat,” lanjut Yeni Noberti.
Sampai saat ini, produk-produk nonberas nonterigu dari para KWT, sudah mulai dipasarkan di pasar modern, salah satunya di Gerai Autenthic Snack Sabilulungan Trans Studio Mall (TSM) Bandung.
Jurnalis.(R Kurnia)
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung, melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dispakan), memiliki beragam inovasi sebagai upaya mengajak masyarakat untuk mengurangi konsumsi beras dan terigu.
Tiga program inovasi itu, yaitu Sabilulungan Gerakan Generasi Muda Makan Buah dan Sayur Segar Lokal (Sanggembiraloka), Sabilulungan Gerakan Generasi Muda Makan Umbi-umbian dan Kacang-kacangan (Sanggemilang), dan Sabilulungan Gerakan Makan Nasi Satu Kali Sehari (Sangmatahari).
Hal itu disampaikan Kepala Dispakan Kabupaten Bandung, Ir. H. Dadang Hermawan. Menurutnya, program-program inovatif tersebut dapat berkontribusi langsung terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Bandung.
“Potensi pangan di Kabupaten Bandung sangat luar biasa. Dengan potensi tersebut, kami implementasikan melalui program-program inovatif, yang dapat berkontribusi langsung terhadap peningkatan IPM di Kabupaten Bandung,” ucap Kepala Dispakan di Soreang, dalam siaran pers Bagian Humas dan Protokol Setda Pemkab Bandung.
Dengan membina ratusan Kelompok Wanita Tani (KWT) yang tersebar di 31 kecamatan, 270 desa, dan 10 kelurahan, Dadang Hermawan berharap selain berkontribusi terhadap peningkatan IPM, dapat meningkatkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Kabupaten Bandung. Sampai tahun 2018, PPH Konsumsi Kabupaten Bandung baru mencapai 83,4%. Mudah-mudahan dengan inovasi program yang kami jalankan, akan bisa meningkatkan PPH sampai mencapai di atas 90%,” harap Dadang Hermawan.
Kontribusi terhadap IPM dan PPH Konsumsi itu, dilakukan pihaknya dengan mengajak KWT yang ada, untuk melakoni bisnis di bidang pangan. Untuk memancing gairah bisnis para KWT, Dispakan menyelenggarakan eventFestival Pangan Lokal/Lomba Cipta Menu (LCM) Lunchbox B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman).
LCM itu diikuti KWT dari 31 kecamatan di Kabupaten Bandung, dan telah menghasilkan tiga pemenang. KWT Banjaran meraih juara pertama, diikuti KWT Cangkuang, dan Bojongsoang.
"Juara 1 akan kami bawa ke LCM tingkat Provinsi Jawa Barat (Jabar) pada 13 Agustus nanti,” jelas Yeni.
Menurutnya, LCM hanyalah pemicu sebagai perwujudan dari visi pembangunan Kabupaten Bandung yang berdaya saing. Namun yang lebih penting adalah bagaimana pembinaan yang dilakukan, dapat mengubah mindset masyarakat. Dengan harapan, para KWT mampu menggali potensi pangan di desanya menjadi olahan pangan yang bernilai ekonomi, untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
Di tempat terpisah, Kepala Bidang Konsumsi dan Ketahanan Pangan (KKP), Ade Yeni Noberti, S.Sos., M.Si., menambahkan sejak akhir 2017 pihaknya secara terus-menerus mengampanyekan olahan pangan nonberas non terigu. Pendekatan gathering dan homestay, merupakan upaya yang dilakukan untuk bisa mengetahui kondisi, tantangan, dan permasalahan yang dihadapi KWT di wilayahnya masing-masing.
“Sebelum kita memberikan bantuan. Kita berikan dulu pemahaman. Kita bentuk Forum Group Discussion (FGD) KWT se-Kabupaten Bandung melalui ‘whatsapp group’. Jadi kita bisa berkomunikasi selama 24 jam sehari. Setelah FGD terbentuk, kita juga melakukan gatheringdan homestay. Berkumpul untuk sharing pengalaman dan permasalahan,” tambah Kepala Bidang KK.
Dengan kedekatan yang terjalin, program-program dari Dispakan lebih cepat masuk dan dipahami. Para KWT diedukasi salah satunya dengan memanfaatkan lahan pekarangan, yaitu melalui kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
“Dengan membatasi konsumsi beras dan terigu, otomatis komoditas seperti umbi-umbian, buah-buahan, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran akan naik. Makanan sehat seperti inilah yang sedang dicari kalangan menengah ke atas. Dengan mengoptimalkan potensi daerah yang kita miliki, akan ikut mendongkrak perekonomian masyarakat,” lanjut Yeni Noberti.
Sampai saat ini, produk-produk nonberas nonterigu dari para KWT, sudah mulai dipasarkan di pasar modern, salah satunya di Gerai Autenthic Snack Sabilulungan Trans Studio Mall (TSM) Bandung.
Jurnalis.(R Kurnia)
Tidak ada komentar